Disperindagkop gelar pelatihan membatik bagi 40 pelaku UMKM
Tana Paser – Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Disperindagkop UKM) Kabupaten Paser menggelar pelatihan teknik dasar membatik bagi 40 pelaku UMKM, 30 diantaranya pelaku umkm di daerah perbatasan Kaltim-Kalsel, tepatnya di kelurahan Muara Komam, dan 10 UMKM di Kecamatan Batu Sopang.
“Selain untuk melestarikan batik, pelatihan teknik dasar membatik kepada warga Kelurahan Muara Komam untuk menambah keterampilan dasar mereka dalam membatik,” kata Kepala Disperindagkop UKM Paser, Yusuf, Senin (06/11).
Yusuf mengatakan pelatihan yang berlangsung selama lima hari sejak 1 November 2023 lalu itu terbilang singkat. Kedepan pihaknya akan meningkatkan pelatihan membatik bagi warga agar keterampilan mereka bisa memiliki manfaat lebih.
Ia menambahkan kegiatan tersebut merupakan bagian dari pembinaan kepada masyarakat dalam menumbuhkan pelaku usaha ekonomi kreatif. “Siapa tahu dari mereka ada yang memiliki keinginan untuk mengembangkan batik menjadi usaha,” ucapnya.
Pada tahun 2023 ini, lanjut Yusuf, terdapat beberapa kegiatan pengembangan keterampilan usaha seperti pelatihan membatik, pembuatan roti, fasiltitasi pembuatan Nomor Induk Berusaha (NIB) dan ijin edar produk UMKM atau keamanan pangan.
Untuk pelatihan membatik dan pembuatan roti merupakan usulan masyarakat yang disampaikan dalam Musyawarah Rencana Pembangungan (Musrenbang). “Semoga selanjutnya kami bisa melaksanakan kegiatan serupa agar pelatihannya berkesinambungan,” kata Yusuf.
Lurah Muara Komam, Muksin, mengatakan pelatihan ini merupakan kali pertama yang diikuti warganya. “Pelatihan ini menjadi nilai tambah bagi ibu-ibu. Tidak menutup kemungkinan ini akan menjadikan penghasilan tambahan mereka. Pelatihan ini menjadi pengalaman berharga buat warga kami,” ujarnya.
Suliono selaku pengrajin batik yang melatih kegiatan tersebut, mengatakan, antusiasme peserta pelatihan cukup tinggi dalam mengikuti pelatihan ini. Menurutnya peserta masih butuh pelatihan lagi untuk berada pada tahap pengrajin yang bisa menjual hasil karyanya.
“Memang untuk tahap awal, hasilnya sudah bagus. Namun untuk diproduksi atau diperjual, diperlukan pelatihan lebih matang lagi,” ucapnya.
Ia berharap peserta dapat mengikuti pelatihan baik itu yang dilakukan oleh pemerintah atau melalui kegiatan sosial yang dilaksanakan oleh perusahaan melalui dana Cooperate Social Responsibility (CSR).
“Kekhawatiran saya kalau tidak diberikan pelatihan lebih lanjut, keterampilan mereka akan stagnan. Untuk sampai pada tahap medium dan mahir, diperlukan pelatihan lagi. Agar karya mereka bisa dinikmati masyarakat,” tutupnya.
Pewarta: Hutja, Editor: Ropi’i