Perjalanan Tim Media Center Ke Gunung Boga, Negeri di Atas Awan
TANA PASER, MCKabPaser – Gunung Boga, atau yang dikenal dengan bukit embun, saat ini sedang ramai diperbincangkan. Gunung yang berada di Desa Luan Kecamatan Muara Samu Kabupaten Paser itu, belakang ini ramai dibicarakan masyarakat. Di media sosial lokasi itu kerap dijadikan tempat swafoto.
Di sana kita bisa melihat dari dekat kumpulan awan, laksana berada di negeri awan, demikian orang-orang menyebut objek wisata itu.
Apalagi, puncak gunung itu masuk dalam nominasi anugerah pesona Indonesia kategeri dataran tinggi terpopuler, sebuah penghargaan yang digagas Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Perjalanan dari Tanah Grogot menuju puncak gunung Boga, bisa dilewati melalui simpang tiga Lolo. Sekitar 30 menit perjalanan dari Tanah Grogot. Sesampainya di singa tiga tersebut, kita bisa berbelok ke arah kiri, hingga sampai di sebuah desa, bernama Desa Luan. Butuh waktu sekitar 45 menit dari simpang Lolo ke desa itu.
Kami tiba di Desa Luan. Dari kejauhan puncak gunung Boga sudah terlihat. Masih ada perjalanan sekitar 10 menit untuk bisa sampai di sana. Butuh tenaga ekstra untuk bisa tiba di puncak gunung itu.
Karena kami merasa kelelahan, kami pun berhenti sejenak untuk beristirahat di salah satu rumah warga setempat. Setelah kami rasa cukup, kami melanjutkan perjalanan.
Jalanan bebatuan menyambut kami. Angin malam berhembus kencang saat kami menuju puncak. Medan jalan yang licin membuat kami harus berhati-hati mengendarai sepeda motor. Setelah bersusah payah, akhirnya kami tiba di ketinggian. Kami menyempatkan diri mampir di sebuah warung sederhana, untuk beristirahat.
“Saya berjualan kopi seharga Rp5.000, mie Rp6.000 dan soto Rp10.000,” kata Misnawati, pemilik warung.
Misnawati mengakui pendapatannya bertambah sejak terkenalnya gunung Boga ini. Walaupun saat COVID-19, saat malam minggu kata misnawati pendapatannya bisa mencapai Rp3.600.000,00.
Hanya Misnawatu yang berjualan di bukit Boga, tidak ada penjual lain karena mereka masih berhati-hati di masa pandemi ini. Selama dia berjualan di gunung Boga tidak ada keluhan dari pembeli.
Warung Misnawati buka 24 jam, dia bergantian dengan sang suami untuk berjaga. “Tanggal 18 Juli dagangan habis semua, biasanya pengunjung tiba jam 03.00 pagi,” katanya.
Misnawati harus turun ke Tanah Grogot untuk membeli bahan jualan. Setelah jualan malam, paginya saya ke Tanah grogot untuk beli bahan, lalu sorenya saya balik lagi ke Gunung Boga untuk malamnya berjualan. Misnawati mengaku dengan kepopuleran Gunung Boga hampir tiap hari wisatawan datang, dan yang paling jauh berasal dari Bontang.
“Wisatawan yang belanja paling jauh berasal dari Bontang, kesini untuk menikmati keindahan Gunung Boga,” tutup Misnawati.
Supriansyah juru parkir di Gunung Boga mengatakan pengunjung paling padat ketika malam minggu. “Karena COVID-19 wisatawan sedikit berkurang, dan paling padat hari sabtu malam,” kata Supriansyah.
Parkir motor disini dikenakan tarif Rp5.000, sedangkan mobil Rp10.000.
kepadatan wisatawan ini mengakibatkan Gunung Boga memerlukan Tempat Pembuangan Sementara (TPS). Karena kepadatan wisatawan kami memerlukan tempat sampah dan akses jalan yang bagus.
Di tahun 2019 wisatawan Gunung Boga mulai ada, akan tetapi pengunjung terhenti akibat COVID-19 dan sengketa dengan perusahaan.
“Sekarang mulai stabil lagi, dan pengunjung mulai padat lagi,” tutup Supriansyah.
Di puncak gunung, kita bisa menikmati minuman dan makanan di warung sederhana milik warga setempat. Warung itu tempat yang biasa disinggahi wisatawan yang datang ke puncak gunung. Di warung itu wisatawan bisa menikmati minuman hangat dan makanan ringan. Menikmati puncak gunung dengan kumpulan awan. Ngopi di negeri di atas awan. Tak berlebihan jika kami menyebutnya demikian. Karena setelah kami turun dari puncak, kami sangat merindukan momen itu dan entah kapan kami bisa kembali berada di sana.