BPBD Paser Tinjau Lokasi Banjir, Segera Berkoordinasi dengan pihak terkait

Tana Paser – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Paser meninjau sejumlah lokasi banjir di beberapa kecamatan. Tercatat ada belasan desa/kelurahan terdampak banjir akibat meningkatnya debit air sungai.

“Hujan deras beberapa hari terakhir mengakibatkan debit air meningkat, dan ada beberapa desa terendam,” kata Kepala Pelaksana BPBD Paser, Ruslan, Rabu (15/3).

Melalui unit Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops), BPBD Paser langsung melakukan kajian cepat serta berkoordinasi dengan berbagai pihak. “Kami lakukan kajian, pendataan, dan assessment terhadap kondisi yang terjadi,” ujar Ruslan.

Hasil pantauan BPBD Paser, kondisi banjir di Kecamatan Muara Komam terus bergerak dari hulu sampai hilir. Hasil pendataan Pusdalops, ada tujuh desa/kelurahan di wilayah tersebut yang terdampak banjir.

Dari tujuh desa, lima diantaranya terisolir antara lain Desa Swan Slutung, Long Sayo, Muara Payang, Prayon, dan Desa Muara Kuaro.

Lebih lanjut Ruslan menerangkan, banjir di Kecamatan Long Kali telah merendam 8 desa. Di wilayah Kepala Telake terisolir karena jalan penghubung Long sor putus.

Di Desa Muara Toyu, BPBD Paser mencatat ada lebih kurang 170 Rumah Sudah terendam. Sementara di Desa Muara Pias, 10 kepala keluarga telah mengungsi ke keluarga mereka.

Masih di Kecamatan Long Kali, di Desa Munggu tercatat ada 65 rumah yang terendam. Banjir juga melanda Desa Mendik, dan Bente Tualan, Sebakung, serta Kelurahan Long Kali. Di Desa Bente Tualan, sebanyak lebih kurang 360 kepala keluarga yang terkena banjir. Sementara di Desa Sebakung yang terendam lebih kurang 30 kepala keluarga.

“Saat ini ada tiga desa, yaitu Desa Muara Toyu, Muara Pias, dan Mendik yang telah mendirikan dapur umum secara swadaya karena warga yang terdampak mengungsi secara mandiri di keluarga mereka,” ujar Ruslan.

Total, catatan BPBD Paser, ada 635 kepala keluarga di Kecamatan Long Kali yang terkena dampak banjir ini.

“Saat ini kebutuhan mendesak makanan, air bersih, selimut, pakaian, dan popok bayi,” ungkap Ruslan.
Lanjut Ruslan, penyebab banjir karena curah hujan tinggi mengakibatkan meluapnya sungai Sekurau, kurangnya daerah resapan di daerah aliran sungai, serta kondisi air laut yang sedang pasang.

Pewarta : Hutja Editor : Ropii

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *