Tingkatkan Ekonomi Masyarakat, Tahura Paser Bina 8 Pembudidaya Madu Kelulut

Tana Paser – Taman Hutan Raya (Tahura) Lati Petangis Kabupaten Paser memanfaatkan area konservasi dengan kegiatan budidaya madu kelulut (trigona) dengan melibatkan petani dan kelompok wanita tani serta karang taruna setempat.

“Tahun ini ada delapan kelompok tani dan hutan kami berikan pembinaan budidaya kelulut (trigona),” kata Kabid Pengelolaan Tahura pada DLH Paser, Teguh Haryanto, Rabu (02/11).

Kedelapan kelompok tani tersebut antara lain KTH Anggrek Bura Desa Petangis, KTH Kreasi Remaja Desa Tabru Paser Damai, KTH Awa Penyembolum Desa Saing Prupuk , kelompok wanita tani (KWT) Melati Desa Saing Prupuk, KWT Berkah Trigona dan KWT Tunas Lestari Desa Petangis, KWT Lavender dan KWT Sakura Desa Taberu Paser Damai, dan Karang Taruna Desa Muser.

Selain ingin menjadikan Tahura sebagai pusat pendidikan lingkungan hidup dan pelestarian alam di Paser, lanjut Teguh, melalui kegiatan budidaya tersebut Tahura berupaya mengembangkan peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui berbagai kegiatan ekonomi kreatif.

“Kami yakin kegiatan itu mampu jadi pengungkit bangkitnya kreativitas dan kemandirian ekonomi masyarakat di sekitar kawasan Tahura,” ujar Teguh.

Tahura Paser tidak hanya memberikan pembinaan budidaya madu kelulut kepada kelompok tani setempat. Tetapi ada kegiatan lain seperti penanaman serai wangi, pembuatan produk-produk turunan dari penyulingan minyak serai antara lain Sabun cucian piring, pewangi pakaian, dan balsem.

Selain itu juga dilakukan budidaya tanaman sistem agroforestri dengan tanaman pokok petai, jengkol, nangka, dan tanaman selanya jagung, pepaya, dan sayur mayur.

“Kegiatan budidaya lebah dilakukan di pekarangan warga,” kata Teguh.

Zulvian Pratama, ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Petangis yang merupakan binaan Tahura, mengaku bisa meraup puluhan juta dari budidaya kelulut.

Ia mengatakan awalnya Tahura memberi bantuan Toping (wadah lebah) sebanyak 250 buah, kemudian beberapa bantuan kembali ia terima dari pihak lain, hingga saat ini usahanya berkembang.

“Sekarang kita punya 350 toping. Jika panen 350 sarang itu bisa sampai 20 liter, sekitar sepuluh juta kita dapat,” ucap Zulvian.

Pewarta : Hutja, Editor : Ropi’i

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *