Cegah Omricon, IDI Paser Minta Perketat Prokes, Mendeteksi Omricon perlu tes WGS

Tana Paser, MCKabPaser – Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kabupaten Paser dr. Ahmad Hadiwijaya meminta masyarakat memperketat protokol kesehatan guna mencegah masuknya varian Omricon.

Untuk mendeteksi apakah mereka yang terkonfirmasi positif covid-19 di Paser adalah jenis omricon, Hadiwijaya menilai perlu dilakukan tes Whole Genome Sequencing (WGS).

Namun apapun variannya, kata Hadiwijaya, upaya pencegahannya, masyarakat harus memperketat prokes 5 M (mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, mengurangi mobilisasi, dan menghindari kerumunan).

“5 M perlu diperketat, ditambah vaksinasi. Karena vaksinasi ini menghindari pasien terpapar lebih

Untuk mengetahui adanya varian Omricon, kata Hadiwijaya, diperlukan tes WGS bagi pasien terkonfirmasi positif covid-19 yang memiliki CT Value di bawah 25. Namun, pemeriksaan WGS hanya bisa dilakukan di Jakarta dan Surabaya.

Lanjut Hadiwijaya, sejauh ini pasien positif Covid-19 di RSUD, umumnya memiliki CT Value di bawah 25. Ada satu pasien dengan CT Value di atas itu.

“Sampelnya sudah dikirim. Kami berharap hasilnya keluar cepat. Namun semua daerah kirim sampelnya ke Surabaya dan Jakarta. Jadi ya nunggu antrian, ” kata Hadiwijaya.

IDI menilai varian Omricon yang memiliki daya penularan lima kali lebih cepat dibanding varian Delta, harus diantisipasi Pemda Paser dengan pengetatan prokes, memperbanyak testing dan tracking.

Setidaknya, menurut WHO, kata Hadiwijaya, testing paling tidak dilakukan 1 kali tes terhadap 1000 orang per pekan. Kemudian, tracking minimal dilakukan terhadap 15-25 orang.

“Selain itu bagaimana treatment-,nya (pelayanannya), seperti apa kesiapan RSUD untuk SDM-nya, obat-obatan, dan ruang isolasi terpadu di eks RSUD maupun ruang isolasi di kecamatan. Ini menjadi perhatian,” ujar Hadiwijaya.

IDI Paser, lanjut Hadiwijaya, kembali mengingat kepada masyarakat bahwa peran vaksinasi juga merupakan elemen penting dalam mencegah penyebaran Covid-19 lebih parah dibanding yang belum divaksin.

“Dengan vaksinasi memang tidak mencegah Covid-19, tapi mengurangi risiko terpapar lebih besar. Ini fakta ilmiah, orang yang sudah divaksin akan jauh lebih ringan risiko terpapar dibanding yang belum,” tutup Hadiwijaya.

Pewarta : Hutja Editor ; Ropii

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *