Kasus Gigitan Malaria Menurun, Paser Berada di Zona Endemis Malaria

Tana Paser, MCKabPaser – Kasus gigitan malaria di Kabupaten Paser mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Meski terjadi penuruna kasus, namun Kabupaten Paser masih ditetapkan sebagai daerah endemis malaria.

“Data yang dihimpun Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Paser, kasus gigitan malaria tahun 2021 sebanyak 216 kasus sementara tahun 2020 sebanyak 234 kasus,” kata Kepala Dinas Kesehatan Paser I Dewa Made Sudharsana melalui Sub Koordinator Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, Eko Ariyanto, Rabu (30/03/2022).

Eko mengatakan upaya menekan laju kasus gigitan malaria salah satunya dengan membentuk tim terpadu yang diberi nama tim eliminasi malaria, mulai dari tingkat desa, kecamatan, hingga perangkat daerah.

Dari beberapa wilayah endemis malaria, kata Eko, akan ditetapkan desa percontohan untuk program percepatan eliminasi malaria diantaranya desa Muser, Kerang, Mendik dan Desa Muara Komam.

“Dalam hal ini diperlukan keterlibatan masyarakat, pemerintah desa dan kecamatan untuk penanganan malaria,” katanya.

Keterlibatan masyarakat katanya salah satunya dengan melakukan pemeriksaan ketat terhadap warga atau orang yang berpotensi terjangkit penyakit malaria. “Misalnya ada orang habis keluar dari hutan, itu harus diperiksa dulu untuk memastikan tidak terjangkit,” kata Eko.

Eko mengemukakan Kabupaten Paser saat ini ditetapkan sebagai daerah endemis malaria. Kondisi itu membuat organisasi kesehatan dunia atau World Health Organization (WHO) melalui yayasan yang ditunjuk melakukan pendampingan percepatan eliminasi malaria.

Yayasan itu sudah bekerja sejak Desember 2021, dan akan bekerja selama 6 bulan. Tugas mereka yaitu untuk memastikan apakah penanganan malaria di Kabupaten Paser sudah dilakukan sesuai standar. Ia menjelaskan dalam pendampingan tersebut ada tiga komponen yang dilibatkan yaitu rumah sakit, Dinas Kesehatan, dan Puskesmas.

“Mereka ingin memastikan bagaimana kesiapan tenaga atau SDM, logistik, manajemen dan regulasi. Intinya pendampingan ini agar penanganan malaria lebih baik,” kata Eko.

Pewarta: Hutja, Editor: Ropi’i

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *