Gali Khazanah Cerita Rakyat di Paser, Disdikbud Kaltim Gelar Inkubasi Penulisan

Tana Paser – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Provinsi Kaltim menggelar kegiatan inkubasi penulisan cerita daerah bertajuk ‘sehari bersama penulis’, di kantor Disdikbud Paser, Jumat (10/3).

Narasumber yang dihadirkan pada kegiatan ini antara lain Aminudin Rifai, Syafruddin Pernyata, dan Syafril Teha Noer.

“Peserta yang hadir diwajibkan menggali bahan cerita dari masyarakat untuk ditulis,” kata salah satu narasumber, Aminudin Rifai.

Kegiatan yang dibuka Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Paser, Mohammad Yunus Syam, ini merupakan kegiatan kali pertama dari inkubasi kepenulisan cerita rakyat atau kedaerahan.

Perlu diketahui, selain di Paser, Disdikbud Provinsi Kalimantan Timur juga menyelenggarakan kegiatan Sehari Bersama Penulis ini di semua kabupaten dan kota.

Kegiatan ini merupakan rangkaian kegiatan ketujuh setelah sebelumnya dilaksanakan di Berau, Samarinda, Bontang, Kutim, Balikpapan, dan PPU. Kegiatan selanjutnya akan diadakan di Kukar, Mahulu, dan Kubar.

“Diharapkan peserta dapat menggali dan menemukan cerita-cerita yang belum terpublikasikan,” ujar Aminudin.

Salah satu peserta kegiatan, Syamtiah bertanya kepada para narasumber apakah memungkinkan penulis memakai beberapa kosakata bahasa daerah di dalam penulisan cerita.

Atas pertanyaan itu, Syafruddin Pernyata menanggapi bahwa hal itu dibolehkan bahkan bisa memperkuat naskah.

“Tentu saja harus dipilih mana kata yang tepat untuk dituliskan dalam bahasa daerah dan mana yang tidak perlu,” kata Syafruddin.

Kata yang memiliki pengertian khas, lanjut Syafruddin menerangkan , akan menarik jika dituliskan menggunakan bahasa daerah.
Sementara kata yang pengertiannya terlalu umum sebaiknya dituliskan dengan menggunakan bahasa Indonesia.

Hal yang harus diperhatikan dalam menulis , kata Syafruddin, penulis sebaiknya tidak membiarkan pembaca tidak mendapatkan penjelasan tentang pengertian dari kata berbahasa daerah tersebut.

“Cara memberi penjelasannya tentu saja tidak harus secara langsung, apalagi dengan memberi catatan kaki, tetapi dengan memasukkannya di dalam jalinan cerita,” katanya.

Pertemuan kedua diagendakan pada bulan Mei. Hasil penulisan dari para peserta yang kebanyakan dari kalangan guru itu selanjutnya akan ditinjau oleh para narasumber dan diberi masukan.

Setelah itu peserta diberi kesempatan untuk memperbaiki naskahnya dan pada akhirnya dikirimkan ulang untuk dinilai.

Naskah terbaik akan mendapatkan hadiah dan beberapa naskah lain yang dianggap layak akan diusahakan untuk diterbitkan dalam antologi cerita rakyat atau kedaerahan Kaltim.

Pewarta : Hutja Editor ; Ropii

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *