BPDPKS diharap bisa bantu fasilitasi pengadaan alat pengolahan sawit mini

Tana Paser – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Paser memberi apresiasi terhadap workshop yang diselenggarakan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).

Kegiatan tersebut berkaitan dengan sosialisasi Aplikasi Pengolahan Buah Sawit Menjadi PRA-CPO untuk Peningkatan Daya Tawar Petani Sawit Mandiri di Sentra Perkebunan Sawit Rakyat, yang berlangsung di Kabupaten Paser, Selasa (25/7/2023).

Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda Paser Adi Maulana mengatakan, tanaman sawit merupakan komoditas primadona bagi sebagian besar masyarakat Indonesia dan menjadi penyumbang devisa terbesar sektor non-migas di Indonesia.

“Tercatat, sebanyak 218.023 tenaga kerja yang bergelut di perkebunan kelapa sawit, dimana 86.208 tenaga kerja merupakan tenaga kerja pola perkebunan rakyat,” terangnya.

Dijelaskan, sawit dianggap sebagai mata pencaharian yang menjanjikan dengan penanaman yang mudah dan hasilnya bisa dinikmati dalam jangka panjang.

“Sawit salah satu tanaman alami tanpa limbah produksi, karena setiap bagian dari tanaman ini bermanfaat. Diantaranya dapat diolah menjadi berbagai produk olahan rumah tangga, seperti minyak goreng, sabun dan banyak lainnya, sebagai pupuk kompos serta batang yang ditebang menjadi bahan dasar furnitur,” ulasnya.

Berlimpahnya kelapa sawit di Indonesia, kata Adi menjadikan Indonesia sebagai raja biodiesel dengan produksi 7,9 miliar liter mengalahkan Amerika dan Jerman. Saat ini, kelapa sawit tengah diupayakan untuk mengalihkan jenis energi utama dunia dari fossil based energy menjadi renewable green energy.

“Bahkan hal itu dinilai sebagai lumbung energi terbarukan,” papar Adi.

Berdasarkan data Kementerian Pertanian RI yang diolah Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia memiliki perkebunan kelapa sawit seluas 14,9 juta hektar (ha) pada tahun 2022. Sementara itu, Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) berada diurutan kelima se-Indonesia dengan luas areal sekitar 1,4 juta hektar dengan hasil produksi CPO sebanyak 3.982.723 ton.

“Untuk perkebunan rakyat dengan luas hektar yang 268.963 memproduksi 576.781 ton CPO,” ulasnya. Meski sangat menjanjikan, namun para petani sawit swadaya menghadapi berbagai permasalahan. “Seperti jarak tempuh yang jauh, harga jual ditentukan oleh pabrik kelapa sawit, TBS mudah rusak dimana umur simpan maksimum selama 24 jam,” kata Adi.

Kendala lainnya, seperti alur rantai pasok CPO terbilang panjang serta TBS yang dijual kerap masih muda atau terlalu matang sehingga membusuk sampai di PKS, berimbas pada pendapatan yang diterima tidak sesuai dengan harapan. Adi menilai, dengan kondisi itu penting adanya pemahaman agar hasilnya jauh lebih meningkat salah satunya melalui kegiatan yang dilaksanakan saat ini.

“Terima kasih dan apresiasi yang sebesar-besarnya kepada badan riset dan inovasi nasional atas terselenggaranya acara ini, semoga acara ini dapat menjadi wadah bagi para petani sawit untuk memperluas wawasan, dapat bertukar pendapat atau sharing pengalaman secara langsung, baik dengan para narasumber maupun dengan rekan se-profesi, yaitu para petani sawit,” ungkap Adi.

Harapan lainnya, diperuntukkan bagi Dirut BPDPKS untuk bisa membantu dalam memfasilitasi pengadaan alat pengolahan sawit mini. Dengan kapasitas 500-700 kilogram TBS per jamnya kepada para petani sawit swadaya, sehingga hasil panen tidak sampai busuk sehingga berdampak pada meningkatnya pendapatan para petani di Paser.

“Semoga kedepannya, semua stakeholder dapat lebih mempertikan para petani sehingga hasil panennya dapat lebih meningkat dari segi kuantitas, mulai dari penanaman hingga replanting tanaman sawit yang tidak produktif lagi,” tutup Adi.

Pewarta: Hutja, Editor: Ropi’i

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *