BRIN Berikan Workshop Aplikasi Pengolahan Sawit Rakyat di Paser

Tana Paser – Dalam meningkatkan daya saing dari produk sawit, Pusat Riset Agroindustri Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) melaksanakan workshop aplikasi pengolahan buah sawit menjadi PRA-CPO untuk peningkatan daya tawar petani sawit mandiri di sentra sawit rakyat.

Giat tersebut mendapat dukungan dari Badan Pengelola Dana Perkebunanan Kelapa Sawit (BPDPKS), yang dipusatkan di Kabupaten Paser, Kalimantan Timur, Selasa (25/7/2023).

Kepala Pusat Agroindustri BRIN Mulyana Hardipernata mengatakan, kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan yang menjadi salah satu komoditas ekspor andalan Indonesia.

“Luas perkebunan Indonesia sekitar 16,38 juta hektar, terdiri dari perkebunan kelapa sawit meliputk perkebunan swasta 55 persen, petani swadaya 41 persen dan perkebunan pemerintah 4 persen,” terangnya.

Berkembangnya perkebunan sawit rakyat, turut membantu meningkatkan perekonomian masyarakat setempat, serta mengurangi pengangguran di daerah sekitarnya.

“Namun peran petani masih termarginalkan, karena produktivitas kebun rendah, tata kelola kebun yang belum baik. Ditambah dengan persoalan logistik pasca panen, serta pungutan-pungutan yang diterapkan terhadap penjualan tandan buah segar (TBS) dan adanya pedagang perantara,” tambahnya.

Selama ini, petani sawit mandiri yang menjual sawit ke perusahaan dianggap sebagai pihak ketiga.

Kondisi tersebut membuat posisi petani sawit mandiri lebih lemah, lantaran harga dan persyaratan kelayakan TBS ditentukan oleh perusahaan, bukan mengacu pada peraturan pemerintah.

“Petani sawit mandiri yang terletak di kawasan jauh dari pabrik kelapa sawit, pada umumnya memiliki permasalahan dalam menjual buahnya karena permasalahan umur simpan buah,” jelas Mulyana.

Guna mengatasi persoalan tersebut, pengolahan TBS harus sesegera mungkin agar kualitas minyak yang dihasikan bisa terkendali.

Petani sawit juga harus berpartisipasi mengolah TBS di lokasi yang tidak jauh dari kebunnya, terlebih lagi petani sawit menjadi mandiri.

“Namun biaya investasi pembangun pabrik kelapa sawit dengan kapasitas besar atau setidaknya 30 ton per jam dan pengoraginasasian merupakan kendala utama bagi petani sawit rakyat, kelompok tani dan koperasi untuk membangun PKS,” papar Mulyana.

Dengan dilaksanakan giat aplikasi pengolahan buah sawit menjadi CPO Untuk peningkatan daya tawar petani sawit mandiri di Sentra Sawit Rakyat, yang diikuti 25 perwakilan petani sawit mandiri di Kaltim dapat menjadi solusi.

Berdasarkan hasil riset BRIN untuk pasca panen dalam pengolahan sawit pada skala petani, yaitu press buah sawit dan pemurnian hasil pemerasan buah agar didap hasil CPO yang memenuhi standar industri dengan menerapkan teknologi tepat guna dan sederhana dengan target bisa dioperasikan oleh tingkat petani.

“Selain pengenalan teknologi, para petani juga dikenalkan skema bisnis dalam pengolahan hasil panen buah sawit berbasis kawasan,” paparnya.

Kesejahteraan petani, diharapkan bisa meningkat dengan meningkatnya daya tawar dalam penjualan buah sawit.

Dengan memiliki pengolahan sawit, petani memiliki pilihan dalam penjualan buah sawit, bahkan bisa juga mengolah buah reject atau buah brondol menjadi produk High Acid CPO.

“Dalam kegiatan workshop ini, untuk pasar HA-CPO juga tersedia perusahaan sebagai off-taker sehingga kendala pasar bisa diatasi. Diharapkan hasil riset dari Pusat Riset Agroindustri-BRIN in, bisa dimanfaatkan dan menjadi peningkatan daya tawar petani dalam rantai pasok industri sawit,” harapnya.

Sementara itu, Kepala Divisi UKMK BPDPKS Helmi Muhansyah menyampaikan kemitraan dalam industri sawit masih masih diperlukan untuk sekarang ini.

Pihaknya akan mendorong instrument yang dimiliki untuk menjadikan petani merdeka. Dengan catatan, kemitraan tidak lagi hubungan anak dengan bapak antara petani sawit dan perusahaan, melainkan sebagai dua institusi yang merdeka.

“Setelah merdeka baru bermitra. Jadi bermitra yang sehat, kedua pihak akan diuntungkan. Selama ada kegiatan yang terkait dengan sawit, sesuai dengan regulasi, kami siap untuk mensupport,” tutup Helmi.

Sekedar diketahui, workshop tersebut dibuka oleh Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda Paser Adi Maulana, juga dihadiri oleh Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunak) Kabupaten Paser Djoko Bawono, beserta pejabat lainnya.

Pewarta: Hutja, Editor: Ropi’i

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *