Pengerukan sedimen langkah cepat penangangan banjir di Paser
Tana Paser – Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (DPUTR) Kabupaten Paser melakukan pengerukan sedimentasi melebih kapasitas drainase di Kecamatan Tanah Grogot yang diduga menjadi salah satu penyebab banjir yang terjadi dalam beberapa hari terakhir.
“Pengerukan kami lakukan bersama masyarakat dan forum RT sejak 29 November lalu selama sepuluh hari,” kata Kabid Cipta Karya pada DPUTR Paser, Muhamad Syaukani, Selasa (05/12).
Syaukani mencatat, setidaknya dalam sepekan terakhir, telah terjadi dua kali hujan dengan intensitas tinggi yang membuat banjir di sejumlah jalan diantaranya jalan Gadjah Mada, R.A Kartini, Cokro, Agus Salim, Ahmad Yani, Anden Oko, jalan Lambung Mangkurat, Lambung Mangkurat, Noto Sunardi, dan beberapa ruas jalan di sekitar Senaken dan Jone.
“Setelah banjir yang kedua tanggal 29 November, kami rapat pada malam harinya yang dipimpin Asisten Ekonomi dan Pembangunan dan dihadiri forum RT. Hasil rapat disimpulkan agar dilakukan pengerukan sedimen yang sudah memenuhi 80 persen kapasitas drainase,” terangnya.
Syaukani mengatakan pengerukan dilakukan Lurah Tanah Grogot bersama para ketua RT, BPBD, dan DPUTR.
Menurut dia, langkah ini merupakan upaya cepat atau tanggap darurat atas kondisi lingkungan yang terjadi. Dana yang digunakan bersumber dari dana tanggap darurat pada Badan Keuangan dan Aset Daerah (BKAD). Perangkat daerah yang bertugas sebagai leading sector yaitu Badan Penanggulangan Benana Daerah (BPBD).
Syaukani menuturkan, pembersihan drainase merupakan rencana jangka pendek dalam penanganan banjir di Kota Tanah Grogot. “Ini penanganan pertama untuk jangka pendek. Kedepan ada rencana jangka menengah dan jangka panjang. Tujuannya agar air bisa mengalir lansung ke sungai dengan cepat,” tutur Syaukani.
Sementara, untuk rencana penanganan banjir jangka menengah, kata Syaukani, adalah dengan memperbaiki kembali aliran air yang tidak terhubung ke sungai. “Langkah menengah dengan membenahi box culvert antar drainse, dan untuk jangka panjangnya melalui master plan,” kata Syaukani.
Terkait master plan, lanjut Syaukani, akan dilakukan evaluasi pembangunan drainase di Kota Tanah Grogot dengan memerhatikan pola aliran air dan aktivitas pembuangan sungai.
DPUTR Paser, katanya, menerima masukan atau rekomendasi untuk penangangan banjir seperti pembuatan sumur resapan dan biopori. Namun, rekomendasi itu nampaknya tidak bisa diterapkan.
“Karena dalam master plan, rencananya adalah pengangkatan sedimen. Pembuatan biopori dan sumur resapan membutuhkan anggaran besar dan akan menggsur lahan-lahan sekitar drainase,” ujarnya.
Pembuatan sumur resapan, kata Syaukani, harus memperhitungkan debit air dan kondisi muka air. Sehingga disimpulkan, pembuatan sumur resapan, kata Syaukani, dinilai tidak efektif karena hanya cocok untuk daerah dataran tinggi.
Pewarta: Hutja, Editor: Ropi’i