Kedelai Melonjak, Pedagang Tempe di Paser Kurangi Ukuran

TANA PASER, MCKabPaser – Kenaikan harga kedelai selama beberapa bulan terakhir membuat salah seorang pengrajin sekaligus pedagang tempe dan tahu di Kabupaten Paser harus mengurangi ukuran agar dagangannnya tetap laku di pasaran.

Nuryanti (47), salah satu pedagang di pasar induk Senaken Kabupaten Paser mengaku harus menyiasati kenaikan harga dengan mengurangi volume tanpa mengurangi kualitas dagangannya.

“Karena harga kedelai naik, saya siasati dengan mengurangi ketebalan tempe dan tahu,” kata Nuryanti, Senin (18/01/2021).

Menurutnya yang ia lakukan itu tak lain agar dirinya bisa tetap produksi di tengah kenaikan harga.

“Untuk tempe kami kurangin ketebalan potongannya, kalau tahu biasa 10 potong jadi 9 potong perbungkus,” kata Nuryanti.

Meski ia mengurangi ukuran, Nuryanti tetap menjual tempe dan tahu dengan harga yang sama yakni Rp4.000 per potong.

Ia mengemukakan sebelum kenaikan, harga kedelai per 50 kilogram atau per karung, kata dia berkisar Rp380 Ribu sampai Rp400 ribu.

“Saat ini sudah Rp505 ribu per 50 kilogram atau perkarungnya,” katanya.

Pandemi Covid-19 sangat berdampak bagi pedagang tempe dan tahu di pasar induk Senaken.

Hal itu terlihat dari menurunnya jumlah produksi kedelai di pasar tersebut.

“Sebelum pandemi kami habiskan kedelai bisa sekitar 3 karung, kalau sekarang hanya 2 karung,” ungkap Nuryanti.

Nuryanti telah lama bekerja sebagai pengrajin kedelai. Bersama suaminya, usaha itu sudah ia geluti sejak 1990 lalu.

Ia berharap pemerintah dapat mengatasi kenaikan harga kedelai dan memberikan modal usaha kepada para pedagang agar tetap bisa berproduksi.

“Nanti kalau kita naikkan harga, kasihan masyarakat. Kami berharap juga ada bantuan modal sehingga bisa tetap produksi,” harapnya.

Pewarta : Adhitia, Editor : Hutja

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *