‘The Forest Savior’ karya Arief Mujahid ingatkan masyarakat Paser agar menjaga lingkungan

Tana Paser – Sutradara muda asal Kabupaten Paser, Muhammad Arief Mujahid, berharap film karyanya The Forest Savior yang baru saja diganjar penghargaan sebagai film dokumenter terbaik dan masuk dalam nominasi trailer terfavorit pada Balikpapan Film Festival 2023, dapat membawa pesan penting bagi masyarat untuk menjaga alam dan lingkungan.

“Kami ingin melalui film yang kami buat, menyampaikan pesan kepada masyarakat agar kita menjaga lingkungan dan alam,” kata Arief, Senin (9/10).

Di bawah rumah produksi Grain Films, kemarin (8/9), Arief telah menggelar screening atau nonton bareng bersama para pejabat Pemkab Paser dan jurnalis di gedung Kearsipan dan Perpusatakaan.

Diantaranya hadir dalam kegiatan ini Kepala Dinas Komunikasi Informatika Statistik dan Persandian (DKISP) Paser Ina Rosana, dan mantan Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Paser, Muhsin Palinrungi, yang saat ini menjabat sebagai Direktur Kebudayaan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada Badan Otorita Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.

“Selain memperkenalkan karya kami, di acara itu ada juga diskusi mengenaik proses produksi film dan pesan apa yang ingin kami sampaikan melalui karya tersebut,” ujarnya.

Pembuatan film itu memakan waktu 1 bulan dari pra produksi, sementara untuk pengambilan video membutuhkan waktu 4 hari di dalam hutan. Arief berharap melalui kegiatan nonton bareng, para pemangku kepentingan di Pemkab Paser dapat mengenal industri film lebih jauh.

“Karena film sektor industri yang belum banyak dilirik. Padahal kita bakal jadi lokasi yang dekat dengan Ibu Kota Negara (IKN),” ucap Arief.

The Forest Savior, karya Arief yang berarti ‘Jaga’, berkisah tentang seorang tokoh penjaga lingkungan selama hampir tiga dekade. Dikisahkan tokoh yang bernama Erawan itu menjaga hutan Modang selama 27 tahun.

Erawan bahkan tidak pernah surut mengkritisi praktik-praktik pengrusakan lingkungan seperti illegal logging, pertambangan, hingga pembukaan lahan perkebunan yang tidak memerhatikan aspek lingkungan.Terbukti atas dedikasinya, Erawan berhasil menjaga kelestarian alam hutan Modang.

Di film itu ditampilkan air terjun Doyam Seriam dan Dinding Olo, bukit-bukit yang ada di Desa Modang dan keindahannya. Semuanya tetap terjaga dalam satu kawasan yang dinamai Kawasan Taman Keanekaragaman Hayati dan perhutanan sosial/hutan Desa.

Arief mengingatkan jika hutan ini habis dijadikan tambang, mungkin sumber daya alam hingga sektor wisata mungkin sudah punah.

Pewarta: Hutja, Editor: Ropi’i

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *