Jadikan Hari Pahlawan untuk Kebangkitan Literasi menuju bangsa yang literat, bermartabat dan berkarakter

Tana Paser – Bulan November adalah salah satu bulan bersejarah dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia selain bulan Agustus. Pada tanggal 10 bulan ini meletuslah peristiwa heroik di kota Surabaya tahun 1945.

Tanggal inilah yang hingga kini dijadikan sebagai peringatan ‘Hari Pahlawan’ untuk menghormati jasa para pejuang dan keberanian Arek-Arek Suroboyo dalam mempertahankan kemerdekaan bangsa. Sungguh luar biasa para pahlawan Surabaya saat itu. 

Pertempuran 10 November 1945 adalah pertempuran sebagai bagian dari  Revolusi Nasional Indonesia.  Hari Nasional ini ditetapkan melalui Keppres Nomor 316 Tahun 1959 pada tanggal 16 Desember 1959.

Ketua Gerakan Pemasyarakatan Minat Baca (GPMB) Kabupaten Paser Kasrani Latief mengatakan “Pahlawan terdahulu,  bekerja keras dan berjuang menumpas dan mempertahankan kemerdekaan.  Mereka angkat senjata,  mengorbankan jiwa dan raga demi tanah air dan bangsa tercinta.

Lalu,  bagaimanakah cara kita mempertahankan kemerdekaan di zaman now?  Di antaranya melalui membangkitkan literasi. (Jum’at, 10 November 2023)

“Tentunya melalui semangat hari pahlawan ini kita berkeinginan budaya literasi semakin tumbuh. Kita ketahui minat baca di di Indonesia dan khususnya di Kabupaten Paser masih rendah dan ini harus didorong oleh semua pihak, terutama dari Disdikbud maupun Dinas Kerasipan dan Perpustakaan Daerah,” katanya.

Kasrani Latief juga mengingatkan, “bahwa dalam membangun budaya literasi tidak semudah dibayangkan, apalagi kaitannya dengan perjuangan para pendahulu dalam melawan penjajah. Artinya, kadar perjuangan tiap zaman pasti berbeda tantangannya”.

Bagi Kasrani Latief, budaya literasi merupakan hal yang seharusnya menjadi kebutuhan anak-anak maupun masyarakat guna mendongkrak berbagai persoalan bangsa yang dihadapi saat ini.

Meski tidak harus mengangkat senjata seperti zaman perjuangan para pendahulu, namun melawan ketertinggalan bangsa dari bangsa lain juga menjadi persoalan yang harus diselesaikan bersama, salah satunya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa melalui literasi.

”Menurut Kasrani Latief sudah berbagai macam program yang dilaksanakan pemerintah untuk membudayakan minat baca salah satunya Gerakan Literasi Sekolah (GLS) melalui pembiasaan membaca senyap selama 15 menit sebelum pembelajaran dimulai.  Lalu dilanjutkan dengan kegiatan pengembangan salah satunya  kegiatan readhaton. 

Semua warga sekolah membaca buku secara bersama-sama,  diakhiri oleh presentasi beberapa siswa atau guru,  mengemukakan hasil membaca yang telah mereka lakukan.

“GLS ini harus terus dioptimalkan pelaksanaanya, sarana dan prasarana harus dilengkapi dan perlu pemberian reward bagi siswa, guru maupun satuan pendidikan kedepannya, Selamat Hari Pahlawan, marilah kita bersama-sama menjadi Pahlawan menuju bangsa yang literat,  bermartabat dan  berkarakter.” Kasrani Latief mengakhiri penjelsannya.

Pewarta: Hutja, Editor: Ropi’i

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *