Peringati HBDI ke-115, IDI Paser gelar pemeriksaaan kesehatan gratis

Tana Paser – Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kabupaten Paser memperingati Hari Bakti Dokter Indonesia (HBDI) ke-115 dengan berbagai kegiatan seperti pemeriksaan dokter spesialis dan konsultasi gratis serta donor darah selama dua hari 20-21 Mei.

“Kita lakukan pemeriksaan dokter spesialis kandungan dan dokter anak dan konsultasi gratis,” kata Ketua IDI Paser, dr. Ahmad Hadiwijaya, Minggu (21/5).

Pemeriksaan dokter spesialis kandungan dan dokter anak dilakukan di Klinik Budi Mulia yang digelar Sabtu.Sementara kegiatan donor darah, pemeriksaan umum, sunatan massal terbatas 10 pendaftar pertama, dan pemeriksaan laboratorium sederhana dilaksanakan di sekretariat IDI.

“Kami juga melakukan pemeriksaan dokter spesialis THT, anak, dan penyakit dalam,” ucap Hadiwijaya.

Kegiatan pengobatan dokter spesialis diharapkan dapat membantu masyarakat terutama dalam mempermudah layanan dokter spesialis karena semua dilakukan tanpa ada pungutan biaya.

Pengobatan dokter spesialis anak, kata Hadiwijaya, juga diharapkan mampu menyaring anak-anak yang berpotensi stunting untuk membantu pemerintah dalam upaya penurunan stunting di daerah.

Dengan HBDI ke-115 ini diharapkan dokter Indonesia untuk Rakyat Indonesia” bisa menjadi landasan dasar dalam melakukan kerja profesi dokter. Profesi Dokter harus dilakukan atas dasar kemanusiaan.

Hadiwijaya menerangkan HBDI digelar setiap tahunnya untuk mengenang para dokter yang telah membangkitkan semangat perjuangan pada 20 Mei 1908 lalu.

“Momen HBDI juga bersamaan dengan peringatan Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas),” ucapnya.

Lanjutnya, sesuai tema HBDI tahun ini yaitu ‘Dokter Indonesia untuk Rakyat Indonesia’, para dokter saat ini dituntut bukan hanya menjadi pelayan masyarakat.

“Dokter harus bisa menjadi agent of change atau pembawa perubahan dan pembangunan bagi masyarakat Indonesia,” tuturnya.

Sebagai agen perubahan, lanjut dia, dokter harus mampu memberikan pendidikan sekaligus melayani kesehatan secara berkesinambungan.

Sebagai agent of development, atau agen pembangunan, dokter Indonesia juga dituntut dapat terus berkarya sesuai kemajuan tekhnologi dan sumber daya.

“Dokter Indonesia akan terus mengabdi kepada masyarakat dan berkolaborasi dalam pembangunan,” tutupnya.

Pewarta: Hutja, Editor: Ropi’i

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *