Fathur : Almarhum Pemimpin yang Taat Aturan

TANA PASER, MCKabPaser – Kepergian Bupati Paser Yusriansyah Syarkawi telah meninggalkan kesan mendalam bagi orang-orang terdekatnya seperti yang dituturkan mantan Sekretaris Daerah (Sekda) Paser Aji Sayid Fathurrahman.

Menurut Fathur, almarhum adalah seorang birokrat yang taat aturan. Barangkali inilah salah satu yang membedakan almarhum dengan pemimpin daerah lain pada umumnya dalam mengambil kebijakan.

“Dalam mengambil kebijakan, almarhum sangat menjaga agar tidak terjadi tabrakan dengan aturan. Selalu minta dicek kebijakan itu apakah tidak bertentangan yang ada. Itu yang menonjol pada diri beliau, dibanding pemimpin lain yang terkesan lebih berani menyerempet pelanggaran,” katanya.

Satu hal besar dari sisi alamarhum, lanjut Fathurrahman, yakni memberi kepercayaan kepada bawahannya untuk mengambil kebijakan.

“Yaitu pendelegasiannya, mempercayakan kepada bawahannya untuk mengambil kebijakan yang sekiranya tidak terlalu mendasar. Tidak harus semuanya melalui beliau atau harus dilaporkan ke beliau,” imbuhnya.

Fathurrahman mencontohkan pendelegasian proses perizinan yang sepenuhnya diberikan kepada Kepala Dinas Penamanam Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DMPTSP).

Kabupaten Paser kata dia, merupakan kabupaten yang paling banyak yang memberikan kewenangan kepada kepala PTSP untuk menandatangani perizinan. Sementara di kabupaten lain, masih ada yang ditandatangani kepala daerahnya.

“Saat ada ketentuan perizinan harus ditandatangani PTSP (Pelayanan Terpadu Satu Pintu), Ketika hal itu disampaikan, beliau langsung merespon dan silakan (melalui PTSP), ini salah satu bukti beliau memang taat azas,” jelas Fathurrahman.

Contoh lain, kata dia, saat menyeleksi pejabat eselon II, dalam mengambil kebijakan siapa yang akan ditujuk, almarhum akan memilih satu dari tiga nama berdasarkan kepribadian dan kemampuannya.

“Tidak harus yang rangking satu (saat seleksi/assessment) misalnya. Tapi almarhum mempertimbangkan aspek lain. Mungkin kepribadian, kemampuan berkomunikasi, dan sebagainya,” katanya.

Latar belakang sebagai birokrasi, kata Fathurrahman, membuat almahrum bupati taat pada aturan selama menjadi kepala daerah. Hal itulah yang membentuk kepribadian almarhum sehingga beliau taat aturan.

Selama dua tahun menjabat Sekretaris Daerah, pernah pada suatu waktu Fathurahman mendengar keluhan almarhum terutama soal kesehatannya.
Kondisi kesehatan almarhum yang kurang baik, membuat dirinya tidak optimal dalam menjalankan roda pemerintahan.

“Beliau mengeluhkan kondisi kesehatannya yang membuatnya harus sering berobat ke Banjarmasin saat itu. Karena kondisi itu, ia merasa belum otptimal memimpin karena belum banyak menemui masyarakat, berkomunikasi maupun berkunjung ke desa,” katanya.

Pewarta : Tim MC Paser, Editor : Ropi’i

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *