Paser studi Tiru Penanganan Stunting di Tanah Bumbu

Tana Paser – Sekretaris Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kabupaten Paser Amir Faisol mengatakan ada beberapa pola kerja yang dicontoh dari Kabupaten Tanah Bumbu yang bisa diterapkan di Kabupaten Paser dalam penanganan stunting.

“Hasil kunjungan kami ke Tanah Bumbu ada beberapa program yang bisa ditiru karena Tanah Bumbu merupakan Kabupaten di Kalsel yang dinilai berhasil menangani stunting,” kata Amir Faisol, Kamis (11/5).

Amir mencatat setidaknya ada lima hal yang bisa dicontoh dari kabupaten di Kalimantan Selatan itu. Yang pertama yakni sinergitas yang baik antara perangkat daerah dan stakeholder yang tergabung dalam TPPS.

“Kedua, adanya program inovasi masing-masing perangkat daerah dan stakeholder dalam pencegahan stunting,” katanya.

Ketiga lanjut Amir, yakni telah berjalannya peran TPPS di tingkat bawah yakni TPPS Desa.

Kemudian yang keempat yang bisa ditiru yakni adanya aplikasi SI KIPAS milik daerah tersebut yang berfungsi sebagai monitoring kasus stunting secara real time.

“Melalui aplikasi itu kasus stunting setiap harinya di Tanah Bumbu bisa dipantau sehingga permasalahan cepat diatasi,” imbuh Amir.

Yang terkahir, kata Amir, Tanah Bumbu telah menzerokan atau meniadakan keberadaan Posyandu Pratama, yang merupakan posyandu dengan status terendah dan menaikkan statusnya menjadi lebih tinggi.

“Hal itu berarti menunjukkan posyandu di Tanah Bumbu sudah bisa berkembang. Kegiatan-kegiatan dan programnya telah tercukupi dengan sarana dan jumlah kadernya. Prosentasi kunjungan balita ke Posyandu juga di atas 60%,” paparnya.

Amir mengemukakan di Kabupaten Paser setidaknya sudah ada empat inovasi untuk penanganan stunting yang dikeluarkan perangkat daerah antara lain aplikasi El Simil milik DP2KBP3A, aplikasi atau program Sari Sate Bunting milik Dinas Kesehatan, Gemarikan program milik Dinas Perikanan, dan Pamasni program Tim Penggerak Kesejahteraan Keluarga (PKK).

Amir menyebut pada 2021, angka stunting di Kabupaten Paser masih diangka 23,8 persen namun di tahun 2022 terjadi kenaikan menjadi 24,9 atau naik 1,1 persen.

“Harapan kami dengan melakukan studi tiru ke Tanah Bumbu bisa menggali sebuah model untuk menyerap pola penanganan dari sana yang berhasil menangani stunting tersebut,” ucapnya.

Pewarta: Hutja, Editor: Ropi’i

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *