Usai ditinjau Wabup, RSUD Paser Segera Perbaiki Layanan yang dikeluhkan Warga

Tana Paser – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Panglima Sebaya Kabupaten Paser segera mengevaluasi sejumlah layanan yang dikeluhkan warga.

“Kunjungan Ibu Wakil Bupati mengkonfirmasi sejumlah pelayanan yang dikeluhkan masyarakat,” kata Humas RSUD Panglima Sebaya, dr. Hadiwijaya, Jumat (05/08/2022).

Sebelumnya pada Kamis (04/08/2022) pagi Wakil Bupati Paser Syarifah Masitah Assegaf meninjau rumah sakit tersebut.

Dikemukakan Hadiwijaya, beberapa layanan yang dikeluhkan antara lain tentang penumpukan antrian pasien di klinik atau pasien rawat jalan, pendaftaran berobat melalui daring, dan keterlambatan layanan dokter di klinik.

“Tindaklanjut untuk sementara tumpukan antrian atau ruang tunggu akan kami urai dengan membuat ruang tunggu di bagian belakang rawat jalan,” kata Hadiwijaya.

Untuk pendaftaran daring dalam rangka memudahkan pasien agar tidak lama mengantri saat berobat di rawat jalan, sebut Hadiwijaya, pihaknya akan menyampaikannya kepada pasien.

Ia mengakui masih ada beberapa dokter yang terlambat datang ke ruang klinik sehingga persoalan itu perlu ditertibkan.

“Terkait keluhan lamanya menunggu dokter, kami akan memberikan batasan maksimal satu jam pasien harus terlayani. Selama ini dokter paling cepat datang 08.30, paling lambat rata-rata 10.00,” ujar Hadiwijaya.

Pada kesempatan itu Wabup Paser Masitah juga berkunjung ke ruang bersalin, ruang bayi, dan Instansi Gawat Darurat (IGD).Saat mengunjung ruang bayi, Wabup menyampaikan keluhan warga terkait infus sering habis dan tidak terpantau. “Kedepan semua cairan kita gunakan mesin atau alat yan akan memberikan alarm jika cairan habis atau buntu,” ujar Hadiwijaya.

Selanjutnya, kata Hadiwijaya, RSUD Paser, diminta agar mengurangi permohonan rujukan bersalin ke Balikpapan. Ia menjelaskan pada umumnya pasien rujukan dari RSUD Paser merupakan pasien dengan kasus berat yang memerlukan intervensi dokter spesialis konsultan.

Misalnya, kata Hadiwijaya, kasus kanker yang perlu kemoterapi, rencana persalinan dengan kemungkinan komplikasi atau kemungkinan plasenta sulit untuk dilepaskan sehingga bisa terjadi perdarahan hebat.

“Contoh lain adanya rujukan dikarenakan tidak ada dokter spesialis jantung di sini,” katanya.

Selain semua keluhan itu ada juga keluhan warga yang tidak kalah penting yaitu soal keramahan tenaga kesehatan.”Terkait itu Direktur mengarahkan untuk kembali diadakan workshop servis exellent,” pungkas Hadiwijaya.

Pewarta: Hutja, Editor: Ropi’i

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *