Disporapar Paser Gelar Pelatihan Ekonomi Kreatif

Tana Paser, MCKabPaser – Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Kabupaten Paser menggelar pelatihan bagi kelompok sadar wisata (Pokdarwis) Mayang Permai di Balai Desa Pasir Mayang, Kamis hingga Jumat, 17 – 18 Maret 2002.

Pelatihan ekonomi kreatif tersebut dibuka oleh Kepala Disporapar Kabupaten Paser, Muksin, dihadiri Kepala Bidang Pengembangan SDM Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Disporapar, Saharuddin, dan Ketua Pokdarwis Mayang Permai, Solihin.

Kepala Disporapar Paser, Muksin, mengatakan, ekonomi kreatif merupakan salah satu sektor yang potensial untuk mendukung perekonomian daerah, sehingga sektor tersebut perlu mendapatkan perhatian yang serius dalam pengembangannya.

Pelatihan di Pasir Mayang sebagai lokasi pelatihan karena desa ini merupakan salahsatu desa yang masuk dalam Kawasan Strategis Pariwisata (KSP) dengan atraksi wisata pantainya.

“Sebagai salah satu KSP, Pasir Mayang perlu mempersiapkan diri dengan mengembangkan SDMnya sehingga pada saatnya nanti, kawasan ini tidak hanya siap dengan atraksi wisatanya, tapi juga SDM dan produk ekonomi kreatifnya,” ujar Muksin.

Dalam pelatihan tersebut para peserta dibimbing secara langsung oleh nara sumber untuk membuat beragam olahan kuliner dan kosmetik dari bahan dasar mangrove, yaitu buah padada. Hasil olahan tersebut berupa jus, dodol dan bahan kosmetik.

Pelatihan yang diikuti oleh 35 peserta anggota Pokdarwis Mayang Permai yang mayoritas perempuan ini menghadirkan nara sumber dari praktisi kuliner berbahan dasar mangrove, La Malle yang sukses mengelola pokdarwis di calon ibu kota negara (IKN), tepatnya di Kecamatan Sepaku.

Menurut Lamale , Pasir Mayang memiliki potensi mangrove yang luar biasa, hanya saja keberadaannya belum dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat untuk dijadikan bahan kuliner dan kosmitik.

“Saya melihat banyak mangrove di sini, hanya saja belum dimanfaatkan secara optimal untuk membuat kuliner atau kosemitik, padahal potensi ini dapat menguntungkan secara ekonomi, jika dikelola dengan baik,” kata La Malle.

Ia menegaskan bahwa pemanfaatan mangrove sebagai bahan dasar kuliner dan kosmetik tidak merusak ekosistem lingkungan karena yang digunakan adalah buah dari salah satu jenis pohon mangrove bukan pohonnya.

Pewarta: Hutja, Editor: Ropi’i”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *